Search

Mengenal Dimensi Kecerdasan Emosi bagi seorang Pemimpin

  Dengarkan Berita Ini

“I’ve learned that people will forget what you said, people will forget what you did, but people will never forget how you made them feel.” (Maya Angeloe 1928-2014) Seorang Pemimpin telah berhasil memimpin ketika ketidakhadirannya menghasilkan hasil yang sama ketika pemimpin tersebut hadir dari organanisasi yang dipimpin (Sherly Sandberg). Untuk mencapai tahap seperti itu ada proses yang panjang yang harus dilalui. Fungsi Kepemimpinan diuji ketika terjadi suatu perubahan/persoalan dan harus diselesaikan. Perubahan tidak mudah dilakukan pada lingkungan yang nyaman (status quo) karena reaksi yang paling normal dari manusia dari suatu perubahan adalah sikap resitance. Bentuk resistance dapat muncul dalam bentuk sikap keraguan, kebingungan, ketidakpastian, gelisah, penolakan bahkan hilangnya motivasi. Sebaliknya pada situasi yang dinamis perubahan juga dapat menimbulkan keyakinan yang mengakibatkan meningkatnya motivasi dan lain sebagainya. Siklus perubahan emosi seseorang ketika mendengar suatu perubahan akan masuk pada area optimisme ketika informasi yang diterima hanya terbatas, misalnya informasi yang disampaikan hanya sebatas tujuan (what). Misalnya informasi mengenai kenaikan tunjangan kinerja. Pada awalnya pegawai akan senang dengan perubahan tersebut karena akan mendapatkan tambahan penghasilan (tujuan/what). Ketika dijelaskan tahapan apa saja yang harus dilakukan (how), seperti pengetatan absensi, hasil kinerja yang terukur dan lain-lain, maka grafik ini akan menurun ke arah pesimisme. Dengan sejalan bertambahnya informasi/penjelasan tentang mekanisme yang akan diterapkan akan terus menuju ke titik terendah (determination or giving up) ketika penjelasan tersebut sangat sulit untuk dilakukan dan masuk ke sikap menyerah atau tidak mau adanya perubahan. Namun ketika penjelasan mengenai harapan dan tujuan (why) yang akan dicapai, dapat sama-sama dicapai karena sumberdaya yang dibutuhkan sudah tersedia dan kunci untuk mencapai tujuan tersebut adalah komitmen dan usaha untuk mencoba, maka tingkat perubahan emosi akan bergerak kembali ke area optimism di titik kenyataan yang membawa harapan (hopeful realism). Dengan semakin jelas informasi dalam hal peran setiap pihak terlibat, sumberdaya (kejelasan sistem) dan komitmen pimpinan maka grafik ini akan bergerak mencapai titik tertinggi di area optimisme (informed optimism) Sumber : Don dan Darly Conner (Emotional Cycle of Change Model) Yang harus disadari adalah ketika berhadapan dengan manusia kita tidak berhadapan dengan makhluk dengan logika namun berhadapan dengan mahluk yang dibangun dengan emosi-emosi (Dale Carnegie). Itu mengapa seorang pemimpin menawarkan suatu perubahan pendekatan emosi lebih disarankan dilakukan dibandingkan dengan pendekatan secara logika. Artinya yang harus dijelaskan tidak hanya “what”, “how” namun yang terpenting adalah “why”. Mengapa perubahan harus dilakukan, apa manfaatnya untuk setiap orang yang terdampak perubahan dan juga dampak untuk organisasi. Irama dari kepemimpinan adalah hal yang terkait dengan emosi. Karena seorang pemimpin harus sedemikan rupa menguasai dirinya dan menghadapi berbagai macam orang dengan sifat dan watak yang berbeda-beda, oleh karena itu pendekatan yang berbeda harus dilakukan untuk mendapatkan simpati atau dukungan. Seorang pemimpin harus dapat menginspirasi dan juga yang terpenting mampu mengelola emosi organisasi yang dipimpinnya dalam melalui proses untuk mencapai tujuan. Bicara mengenai emosi, emosi itu sendiri menurut Daniel Goleman adalah suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak yang merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dari dalam individu. Pada dasarnya bentuk dasar emosi yang dimiliki manusia terdiri dari marah, sedih, senang dan takut (Mitchel Adler). Dan variasi dari ke empat dasar emosi tersebut dapat menghasilkan banyak ekspresi yang saling mempengaruhi. Contohnya ekspresi terharu karena mendapatkan prestasi, emosi yang tampak bisa sampai meneteskan air mata, tapi bersamaan dengan itu ada rasa bahagia. Itu yang membedakan emosi (emotion) dengan mosi (motion). Emosi adalah apa yang dirasakan dan bentuk ekspresi atau tindakan yang muncul dari emosi itu yang disebut dengan motion. Emosi adalah sesuatu yang sangat unik. Mengapa? Karena emosi itu bisa menular. Contohnya ketika kita bangun mood sudah kurang baik, sering kali akan mempengaruhi apa yang terjadi sepanjang hari. Atau ketika kita menghadiri acara pemakaman dari kerabat, sering kali kita terbawa dalam keadaan sedih sampai ikut menangis. Itu mengapa seseorang pemimpin harus memiliki kecerdasan emosi yang baik agar dapat tetap mengendalikan emosinya tetap positif walaupun emosi dalam dirinya kurang baik. Sekarang apa yang dimaksud dengan Kecerdasan Emosi (Emotional Intelligence)? Menurut Mitchel Adler(2014) kecerdasan emosi adalah kemampuan seseorang dalam mengambil keputusan atau pilihan dengan tetap menjaga pikiran tetap tenang dalam mengidentifikasi, memahami, mengelola perasaan sendiri dan orang sekitarnya. Kemampuan untuk tetap dapat berpikir jernih walau dalam situasi yang berat namun tidak ikut terbawa, dan tetap dapat mengambil keputusan yang terbaik yang pada akhirnya dapat mengendalikan emosi orang sekitar untuk tidak terbawa situasi yang tidak baik. Kecerdasan emosi dapat dipelajari dan dilatih. Salah satu cara untuk meningkatkan kecerdasan emosi salah satunya dengan melakukan tahapan yang ditawarkan oleh Daniel Goleman menawarkan konsep SOCS (Situation, Option, Consequences, Solution). Situation (situasi) : Apa situasi dan bagaimana perasaan kita terhadap situasi tersebut? Option (pilihan) : Pikirlah pilihan-pilihan untuk memecahkan situasi tersebut Consequences (akibat): Pikirkanlah akibat-akibat yang mungkin akan terjadi. Solution (solusi) : Ambillah pemecahan yang paling baik untuk dilakukan Dalam melakukan hal yang disebut, yang menjadi kunci adalah mengambil waktu lebih lama untuk menjawab empat pertanyaan di atas ketika akan merespon sesuatu. Practice makes perfects. Awalnya mungkin tidak mudah, tapi dengan dilakukan terus menerus, cepat atau lambat akan membentuk sifat seseorang dengan kecerdasan emosi yang baik. Apa yang menjadi bagian dari kompetensi kecerdasan emosi? Pada prinsipnya dibagi menjadi dua yaitu kompetensi personal (personal competence) dan kompetensi bersosialisasi (social competence). Personal competence terdiri dari self awareness dan self management. Sedangkan yang termasuk social competence terdiri dari social awareness dan relation management. Yang menjadi bagian dari self awareness diantaranya adalah : Emotional self awareness: kemampuan mengenali dan menyadari emosi diri serta dampaknya; Accurate self assessment : kemampuan mengenali kekuatan diri dan keterbatasan diri; Self confidence: memiliki rasa percaya diri. Yang menjadi bagian dari self management diantaranya adalah : Emotional self control : kemampuan untuk mengelola emosi sendiri dan bagaimana tetap positif walaupun dalam tekanan; Trustworthiness: menjaga kepercayaan dari orang lain melalui kemampuan menjaga integritas dan kejujuran; Conscientiousness : kemampuan berkomitmen, tetap akuntabel untuk mencapai target dan cermat dalam bertindak. Adaptability : kemampuan menyesuaikan diri terhadap perubahan; Achievement: kemampuan mendorong diri untuk mencapai suatu prestasi tertentu dalam memperbaiki kinerja agar memenuhi standar tertentu; Initiative : kemampuan untuk siap melakukan sesatu untuk mengambil peluang. Yang menjadi bagian dari Social awareness: Empathy : kemampuan merasakan emosi orang lain, memahami cara pandang orang lain dan memilih tindakan yang sesuai; Organizational awareness : kemampuan membaca situsasi dan kondisi di sekitar; Service orientation : kemampuan mengenali dan memenuhi kebutuhan orang lain (staf, pelanggan, stakeholder dll) Yang menjadi bagian dari Relation management terdiri dari : Influence : kemampuan mempengaruhi orang lain; Conflict management : kemampuan mengelola konflik, Inspirational leadership : kemampuan mengarahkan dan memotivasi dengan visi yang menggugah; Change catalyst : kemampuan menginisiasi, mengelola, mendorong dan memimpin perubahan; Building bonds : kemampuan menumbuhkan dan memilihara hubungan dengan orang lain; Developing others : kemampuan mengembangkan kemampuan orang lain; Teamwork dan collaboration : kemampuan berkerjasama dan membangun tim.Dimensi-dimensi kecerdasan emosi yang disebutkan di atas menjadi panduan bagi seorang pemimpin untuk dapat berlatih tidak hanya mengelola emosinya sendiri namun juga emosi yang muncul dari luar dirinya dalam situasi tertentu. Banyak kisah mengenai tokoh besar yang menginspirasi banyak orang karena pengalaman hidup dimana yang didalamnya terdiri dari perjalanan proses hidup yang menjadi tempat melatih kecerdasan emosi. Referensi : Bahan Tayang Kecerdasan Emosi Diklat PIM IV (Mochamad Fatwadi-Widyaiswara BKPSDM Kota Tangerang) Caterin M. Simamora

  • Share